Monday 27 September 2010

Hanya menunggu waktu

Luka ini akan sembuh,

Kau tak perlu menelan apapun untuknya

Hanya menunggu waktu


Rasa sakit yang kau beri akan hilang,

Kau tak perlu memuntahkan apapun untuknya

Hanya menunggu waktu


Belati yang kau tancapkan menghujam begitu dalam

Mencabik ketulusan yang selama ini tertanam

Mengoyak kejujuran yang kau ubah menjadi legam


Inikah yang selama ini kau mau?

Semoga tidak,

Semoga khilaf,

Semoga sementara,

Hanya semoga yang kutau


Luka ini butuh waktu

Sebanyak masa dimana kita tertawa bersama

Sakit ini butuh waktu

Sebanyak kekecewaan yang telah kauhantamkan

Galau ini butuh waktu

Sebanyak masa yang kaupunya untuk menyembuhkannya

Hanya menunggu waktu,

Hanya semoga yang kutau



270910

Untuk sahabat2ku...

Semoga ketulusan dan kejujuran tetap menjadi landasan mengapa kita bersama...

Tuesday 21 September 2010

Seorang Perempuan dan Anaknya

Di sudut yang termenung, perempuan itu menanti

Sebongkah roti dan anak kecil disampingnya yang diam

Tidak ada kata meluncur sederas hujan membalut pagi

Berpeluh di ujung galau yang hinggap dalam senyap


Hari esok buat mereka adalah menanti persidangan

Hari setelahnya adalah menanti putusan hakim

Dan hari setelah itu adalah penantian panjang

Selalu tak ada kepastian mengenai esok dan setelahnya


Tapi bukankah memang begitu,

Hidup adalah menanti untuk esok hari dan setelahnya


Semoga lelaki itu tahu,

setiap tetes peluhnya adalah penantian

setiap kehadirannya adalah pengorbanan

dan setiap jawaban pada anaknya adalah harapan...

harapan baginya, anaknya, dan lelaki itu


Dinding penjara takkan mengubah kesetiaannya

Jeruji di batas lelaki itu takkan menyurutkan perjuangannya


Saat ini hanya luka dan doa yang masih tersisa

Saat ini perempuan itu dan anaknya masih menanti esok

Sebuah harapan baginya, anaknya, dan lelaki itu



210810

Untuk perempuan-perempuan yang selalu menginspirasi...

Saturday 18 September 2010

Tentang Hati Nurani

Ketika seorang kawan bertanya tentang keberadaan Hati Nurani...

Hati Nurani itu sudah terkubur dalam-dalam...

Pernahkah kau mencarinya di dasar samudera?

Sudahkah kau cari di kedalaman hutan?

Atau di dalamnya relung-relung tebing yang kian suram...

Atau dalam pekatnya gua yang dingin...

Entahlah...

Dia sudah terkubur...

Mungkin kedalam gelapnya ruang kubur,

terpendam bersama jasad-jasad yang teracuhkan dan terinjak...

Lalu salah siapa?

Entahlah...

Gedung-gedung tinggi yang telah merenggut area bermain anak-anak?

Mungkin...

Perumahan elit yang telah menghancurkan hutan-hutan teduh?

Mungkin juga...

Salahmu, salahku, atau salah mereka?

Entahlah...

Yang kutau aku masih bisa melihatnya tumbuh dalam dirimu

Masih bisa kutemukan dalam sebungkus nasi yang kita bagi beramai-ramai

Juga masih tampak dalam uluran tangan seorang anak pada pengemis

Aku, kamu, kita...tak perlu mencarinya

Hati Nurani ada...

Dia hanya tertidur

sedikit terbuai...mungkin terabaikan...dan jarang dikunjungi...



060810

Aku tidaklah menghilang, kawan...

Hanya sedang tertidur, sedikit terbuai, dan mungkin terabaikan